Recency : Mengapa kita Harus Melihat Gambaran Besarnya!

Suatu hari saya libur kerja, dan istri saya sibuk dengan pekerjaannya. saya mengurus rumah, mengerjakan pekerjaan rumah, dan bahkan mengajak anak-anak makan keluar.

Sore harinya istri saya pulang dan saya memutuskan untuk duduk dan bermain video game.

Melihat ini, dia bertanya, “Seharian pasti kamu main game aja ya?” saya terkejut. Wanita itu, teganya dia? saya melakukan pekerjaan rumah dan menjaga anak-anak sepanjang hari!

Percayalah betina, ini lebih melelahkan dibandingkan pekerjaanmu di kantor. (saya ga ngomong gini di depan dia)

Asal tahu ya. menjaga anak dan melakukan pekerjaan rumah tangga sangat melelahkan. Ini adalah pekerjaan penuh waktu dan sering kali diremehkan.

Setiap orang tua tahu bahwa mengasuh anak membutuhkan perhatian dan tenaga yang terus-menerus!

Di saat-saat bermain game itu, saya benar-benar melepas penat dari stres hari itu. Penting bagi orang tua untuk memiliki waktu senggang dan menikmati sedikit me time biar ga stress. Mental health is important, you know.

Tapi istri saya, wanita itu berasumsi kalau saya main game sepanjang hari karena dia melihat saya main game saat di sudah di rumah sepulang kerja

Ini, adalah contoh klasik dari recency effect.

Recency effect seperti mengingat akhir sebuah film dan melupakan keseluruhan cerita yang membentuk film tersebut. Hanya karena tokoh utamanya mati di akhir cerita, belum tentu filmnya jelek.

Ini tidak masuk akal, bukan? Maksud saya, hanya karena istri saya terakhir kali melihat saya bermain video game, dia berasumsi itulah yang saya lakukan sepanjang hari.

Kamu terlalu cepat mengambil kesimpulan dasar wanita. (sekali lagi saya ga ngomong gini di depan dia)

Penelitian Bennet Murdock pada tahun 1962 memberikan dukungan empiris untuk hal ini.
thedecisionlab.com/biases/recency-effect
Dalam eksperimennya, peserta diminta mengingat kata-kata dari sebuah daftar. Ia menemukan bahwa orang cenderung mengingat beberapa kata pertama (efek primer) dan beberapa kata terakhir (recency effect). Kata-kata di tengahnya mungkin sudah terlupakan.

Ini menyiratkan bahwa ingatan kita condong ke informasi terkini.

Murdock memplot hasil eksperimennya pada sebuah grafik yang menunjukkan kurva posisi yang jelas. Performa memori tinggi pada kata-kata awal, menurun di tengah, dan memuncak lagi pada beberapa kata terakhir.

Hal ini jelas menyatakan bahwa ingatan memberi lebih banyak sorotan pada peristiwa-peristiwa yang terjadi belakangan ini.

Menurut saya, ini karena otak bekerja seperti kamera, menangkap cuplikan pengalaman kita. Cuplikan terbaru masih terlihat di permukaan, mudah dilihat dan diakses.

Gambarnya segar dan jelas, seperti foto yang baru saja diambil. Seiring berjalannya waktu, karena semakin banyak foto yang ditambahkan, foto-foto sebelumnya akan terkubur di bawah tumpukan dan menjadi semakin sulit diakses.

Kaitannya dengan investasi
Dalam investasi, Recency effect seperti hanya melihat bab terakhir sebuah buku dan mengabaikan sisanya.

Investor, yang terpengaruh oleh peristiwa baru-baru ini, mungkin percaya bahwa tren jangka pendek, baik atau buruk, akan terus berlanjut. Bias ini dapat menyebabkan kesalahan.

Bayangkan sebuah saham harganya naik banyak akhir-akhir ini, menjulang seperti tugu Jogja.

Seorang investor mungkin berpikir bahwa hal baik ini akan terus berlanjut dan membuat pilihan yang optimis.

Buy! begitu isi kepalanya.

Tapi, ini seperti menilai buku dari halaman terakhirnya. Cerita selengkapnya, termasuk tren jangka panjang dan data historis, fundamental jauh lebih penting.

Selain itu, bereaksi cepat terhadap berita pasar terkini bisa bersifat impulsif, seperti membuat penilaian berdasarkan bab terakhir tanpa membaca keseluruhan buku. Hal ini sering kali bertentangan dengan prinsip investasi jangka panjang.

Terakhir, jika seorang investor baru-baru ini melihat harga saham yang naik banyak, maka dia mungkin akan mengabaikan resiko, melupakan fluktuasi pasar.

Sama seperti dalam cerita di mana seseorang dinilai karena bermain video game, tanpa melihat keseluruhan pekerjaan pada hari itu, investor mungkin salah menilai suatu saham berdasarkan kinerja harga terkini, bukan gambaran keseluruhan.

Intinya, recency effect dalam berinvestasi adalah kondisi dimana kita terlalu fokus pada peristiwa-peristiwa terakhir atau terkini.

Dan otak kita, secara bawaan menilai kejadian terakhir adalah representasi dari semuanya. Membuat kita melupakan informasi penting lain seperti kinerja, kondisi ekonomi ataupun trend dari sebuah saham.
Beyond Technical Analysis

También en:

Exención de responsabilidad