KontanKontan

Sederet Emiten Tengah Lakukan Buyback, Intip Rekomendasi Sahamnya

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sederet emiten sedang melakukan aksi pembelian kembali (buyback) saham. Di antaranya ialah PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), PT Lautan Luas Tbk (LTLS) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).

Berikut adalah perkembangan jumlah saham yang dibeli masing-masing perusahaan pada periode 22 November-25 November 2024.

PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI)

Emiten Grup Salim, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) mengantongi restu dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 6 Agustus 2024 untuk melaksanakan aksi buyback saham. Perusahaan berencana membeli kembali hingga 88 juta saham dengan harga maksimum Rp 1.700 per saham.

Melansir data KSEI, pada 21 November 2024, ROTI mencatatkan kepemilikan saham sebesar 486.855.500. Jumlah ini bertambah 125.900 saham menjadi 486.981.400 pada 22 November 2024. Aksi buyback berlanjut hingga 25 November 2024, dengan tambahan 650.000 saham sehingga totalnya menjadi 487.631.400 saham.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mendapatkan restu buyback saham dalam RUPSLB pada 14 Mei 2024 lalu. Perusahaan menyiapkan dana sebanyak-banyaknya Rp 895 miliar, termasuk komisi perantara pedagang efek dan biaya-biaya lainnya.

Pada 22 November 2024, INTP memiliki 321.551.100 saham. Jumlah ini bertambah 163.600 saham hingga mencapai 321.714.700 pada 25 November 2024.

PT Lautan Luas Tbk (LTLS)

Kemudian, LTLS juga terpantau membeli kembali kepemilikan sahamnya. Perusahaan memulai periode 21 November 2024 dengan jumlah saham sebanyak 86.178.500. Saham ini meningkat 110.600 menjadi 86.289.100 pada 22 November 2024. Pada 25 November 2024, perusahaan menambah 300 saham lagi, menjadikan totalnya 86.289.400.

Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan aksi buyback saham yang dilakukan ketiga emiten itu mencerminkan upaya strategis perusahaan untuk meningkatkan kepercayaan investor serta memperkuat fundamental harga saham di tengah volatilitas pasar.

"Secara umum, buyback bertujuan untuk mengurangi jumlah saham beredar, meningkatkan nilai per saham, serta mengoptimalkan struktur modal perusahaan," kata Hendra kepada Kontan, Rabu (27/11).

Selain itu, buyback juga bisa menjadi sinyal positif bahwa manajemen melihat undervaluedsaham di pasar saat ini.Pergerakan Saham

Hendra menerangkan ROTI mencatatkan kenaikan jumlah saham hasil buyback dari 486,85juta menjadi 487,63juta saham pada periode 22-25 November 2024. Kenaikan ini menunjukkan komitmen manajemen untuk menstabilkan harga saham yang saat ini berada dalam tren konsolidasi.

Dengan level support kuat di 925, aksi buyback saham ROTI tersebut diharapkan mampu menjaga harga agar tidak turun lebih dalam, sekaligus menciptakan potensi rebound menuju target 1.100 dalam jangka pendek hingga menengah.

Sementara itu, INTP memperlihatkan peningkatan jumlah saham buyback dari 321,551 juta menjadi 321,714 juta saham pada periode yang sama. Langkah ini relevan mengingat sektor semen tengah menghadapi tantangan permintaan domestik yang fluktuatif.

INTP dengan support di level 6.675, buyback saham emiten ini diharapkan mampu menjaga sentimen positif dan mendukung harga saham untuk bergerak menuju target 7.500, terutama jika didukung oleh perbaikan fundamental industri konstruksi di kuartal IV-2024.

Kemudian, LTLS mengalami penambahan saham buyback yang relatif kecil, yaitu hanya 300 saham pada 25 November 2024. Meskipun secara nominal terlihat kecil, aksi ini tetap memberikan sinyal bahwa perusahaan berusaha menjaga stabilitas harga saham di tengah tekanan pasar. Dengan support di 970, LTLS berpotensi melanjutkan penguatan menuju level 1.080 jika volume perdagangan meningkat.

Hendra menambahkan di antara ketiga emiten, ROTI menarik untuk dicermati oleh pelaku pasar mengingat sektor consumer goods cenderung defensif dan memiliki prospek positif di tengah peningkatan daya beli masyarakat menjelang akhir tahun.

"ROTI juga diuntungkan dari stabilnya harga bahan baku dan ekspansi produk baru yang mampu mendongkrak penjualan," jelasnya.

Selain itu, INTP menarik perhatian seiring dengan potensi peningkatan belanja infrastruktur yang direncanakan oleh pemerintah baru di tahun 2025. Aksi buyback INTP juga memberikan keyakinan tambahan bagi investor terhadap prospek jangka panjangnya.

Hendra merekomendasikan sejumlah saham untuk dicermati, antara lain:

1. ROTI

  • Rekomendasi: Buy on weakness di level Rp 925 dengan target harga Rp 1.100. Ini didukung oleh fundamental kuat dan potensi perbaikan margin laba.

2. INTP

  • Rekomendasi: Buy on weakness di level Rp 6.675 dengan target harga Rp 7.500, mengingat potensi pemulihan sektor semen serta dukungan dari aksi buyback yang menunjukkan optimisme manajemen terhadap valuasi saham.

2. LTLS

  • Rekomendasi: Buy on weakness di level Rp 970 dengan target harga Rp 1.080. Ini sejalan dengan potensi kenaikan permintaan produk kimia dasar dan stabilitas harga bahan baku.

"Secara keseluruhan, aksi buyback ini memberikan sinyal positif kepada investor untuk memanfaatkan momentum akumulasi di level support strategis, khususnya menjelang akhir tahun yang biasanya diiringi oleh fenomena window dressing," kata dia.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji menjelaskan, aksi buyback saham memiliki tujuan utama untuk meningkatkan likuiditas pergerakan harga saham. Dengan langkah ini, emiten berupaya menciptakan permintaan terhadap saham-saham yang cenderung kurang likuid.

"Apalagi ini ditujukan pada saham-saham yang kurang begitu likuid ya atau memiliki trend random seperti ROTI dan LTLS," tutur Nafan kepada Kontan, Kamis (28/11).

Di sisi lain, buyback ini menjadi salah satu komitmen emiten untuk memperbaiki performa sekaligus mengimplementasikan prinsip tata kelola perusahaan yang baik.

Sementara itu, saham INTP dinilai relatif likuid dan dapat dianalisis secara teknikal. Nafan menambahkan prospek INTP ke depan terdorong dari permintaan terhadap produk semen ke depan seiring dengan pembangunan infrastruktur Proyek Strategis Nasional (PSN), kebijakan pemerintah terkait Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP), serta kebijakan Bank Indonesia untuk memperkuat perekonomian domestik.

Oleh karenanya, Nafan merekomendasikan untuk buy on weakness saham INTP dengan target harga Rp 7.050 per saham.


Más noticias de Kontan

Más noticias